Rabu, 07 September 2011

Download Abstrak

ABSTRAK

Selasa, 06 September 2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai perbandingan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan menggunakan model konvensional di MTs Negeri Krangkeng Kabupaten Indramayu tahun pelajaran 2010/2011, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Negeri Krangkeng Kabupaten Indramayu yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) menunjukan kategori baik dengan skor rata-rata posttest yaitu sebesar 66,2. Hal ini dapat dilihat dari semangat belajar siswa yang mencapai semua indikator yang telah diberikan oleh guru. Sedangkan untuk rata-rata gainnya (perubahan nilai dari pretest ke posttest) yaitu sebesar 54,13.
2.      Hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Negeri krangkeng Kabupaten Indramayu yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori) menunjukan kategori cukup dengan skor rata-rata posttest yaitu sebesar 55,7. Hal ini dapat dilihat dari semangat belajar siswa yang mampu mencapai sebagian besar indikator yang telah diberikan oleh guru. Namun, masih ada satu indikator yang belum tercapai. Sedangkan untuk rata-rata gainnya (perubahan nilai dari pretest ke posttest) yaitu sebesar 39,49.
3.      Perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika terdapat perbedaan yang signifikan karena setelah diuji dengan uji t, diperoleh nilai  (3,619 > 2,002) dan signifikan (0,001 < 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan model konvensional (ekspositori). Hasil ini menunjukan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) lebih baik hasil belajarnya dari siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensional (ekspositori).
B.     Saran
1.      Bagi Siswa
Pada saat pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together), siswa hendaknya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Sedangkan untuk siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori) hendaknya lebih banyak mengerjakan soal-soal latihan matematika. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga hasil belajar matematika dapat meningkat.
2.      Bagi Guru
Dalam melaksanakan pembelajaran matematika menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together), guru hendaknya mengatur waktu seefektif mungkin. Selain itu guru dapat melaksanakan variasi dalam cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) maupun yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ekpositori)
3.      Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya merekomendasikan strategi-strategi pembelajaran yang lebih inovatif dan membuat siswa lebih aktif seperti model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah.
     







BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Data
1.      Data Hasil Tes Kelompok Eksperimen
Hasil belajar siswa yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) pada pembelajaran matematika, penulis peroleh dari hasil pretest dan posttest. Dari 20 butir soal test untuk mengambil data terhadap 30 siswa di kelas VII C (kelompok eksperimen) MTs Negeri Krangkeng Kabupaten Indramayu tahun pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan pada data posttest yang harus dicapai oleh siswa yaitu skor maksimum 100 dan minimum 0. Sehingga diperoleh rentang = 100 – 0 = 100, banyak kelas = 5 (kategori sangat baik, baik, cukup, kurang dan kurang sekali) sedangkan panjang kelas interval = 100 / 5 = 20. Sehingga dapat dibuat interpretasi sebagai berikut :
Tabel 4.1
Interpretasi Data
                         Nilai                        
Interpretasi
0 – 19
Kurang sekali
20 – 39
Kurang
40 – 59
Cukup
60 – 79
Baik
80 – 99
Baik sekali
(Arikunto, 2007:289)

Tabel 4.2
Descriptive Statistics

N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
pretest eksperimen
30
40.00
10.00
50.00
24.3333
9.44433
89.195
posttest eksperimen
30
40.00
50.00
90.00
66.1667
10.31264
106.351
Valid N (listwise)
30







a.      Data Pretest Kelas Eksperimen
Data pretest merupakan data awal yang diambil untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pelajaran matematika sebelum diberi perlakuan, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan yaitu bidang datar segitiga.
Berdasarkan tabel di atas pretest pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata skor 24,33 dengan simpangan baku 9,44. Skor maksimum yang diperoleh adalah 50 dan minimum adalah 10. Data tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa termasuk kategori Kurang (dari interpretasi data).
b.      Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest merupakan hasil dari tes uji penelitian yang terakhir setelah diberikan perlakuan, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal yang sesuai dengan pokok bahasan yaitu bidang datar segitiga.
Berdasarkan tabel di atas posttest pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata skor 66,2 dengan simpangan baku 10,31. Skor maksimum yang diperoleh adalah 90 dan minimum adalah 50. Data tersebut, menunjukan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) termasuk kategori Baik (dari interpretasi data).
Adapun rincian hasil posttest kelompok eksperimen adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Indikator Pertama
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya.
1
2
3
4
24
19
23
21
30
30
30
30
80%
63,33%
76,67%
70%
Rata-rata Persentase
290%
290% : 4 = 72,5%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya yaitu sebesar 72,5% dan sebagian kecil siswa yaitu 27,5% tidak dapat menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya tercapai.


Tabel 4.4
Indikator Kedua
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya.
5
6
7
8
9
23
22
20
22
19
30
30
30
30
30
76,67%
73,33%
66,67%
73,33%
63,33%

353,33%
353,33% : 5 = 70,67%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya yaitu sebesar 70,67% dan sebagian kecil siswa yaitu 29,33% tidak menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya tercapai.
Tabel 4.5
Indikator Ketiga
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat menghitung jumlah sudut segitiga.
10
11
12
17
16
18
30
30
30
56,67%
53,33%
60%

170%
170% : 3 = 56,67%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menghitung jumlah sudut segitiga yaitu sebesar 56,67% dan sebagian kecil siswa 43,33% tidak dapat menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menghitung jumlah sudut segitiga tercapai.
Tabel 4.6
Indikator Keempat
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Sisawa dapat menentukan keliling bidang datar segitiga tercapai.
13

14
18

14
30

30
60%

46,67%

106,67%
106,67% : 2 = 53,33%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menentukan keliling bidang datar segitiga yaitu sebesar 53,33% dan sebagian kecil siswa 46,67% tidak dapat menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menentukan keliling bidang datar segitiga tercapai.
Tabel 4.7
Indikator Kelima
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat menentukan luas bidang datar segitiga.
15
16
17
21
19
23
30
30
30
70%
63,33%
76,67%
Rata-rata Persentase
210%
210% : 3 = 70%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menentukan luas bidang datar segitiga yaitu sebesar 70% dan sebagian kecil siswa yaitu 30% tidak menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menentukan luas bidang datar segitiga tercapai.
Tabel 4.8
Indikator Keenam
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu.
18
19
20
17
22
19
30
30
30
56,67%
73,33%
63,33%
193,33%
193,33% : 3 = 64,44%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat melukis segitiga, garis tinggi, garis berat dan garis sumbu yaitu sebesar 64,44% dan sebagian kecil 35,56% tidak menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan gars sumbu tercapai.

Gambar 1
Histogram Kelompok Eksperimen

Berdasarkan histogram di atas, dapat dijelaskan bahwa dari indikator satu sampai enam sebagian besar siswa kelompok eksperimen dapat menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat memahami materi bidang datar segitiga tercapai.
2.      Data Hasil Tes Kelompok Kontrol
Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori) pada pembelajaran matematika, penulis peroleh dari hasil pretest dan posttest. Dari 20 butir soal test untuk mengambil data terhadap 30 siswa di kelas VII E (kelompok kontrol) MTs Negeri Krangkeng Kabupaten Indramayu tahun pelajaran 2010/2011.


Tabel 4.9
Descriptive Statistics

N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
pretest kontrol
30
30.00
15.00
45.00
26.0000
8.74938
76.552
posttest kontrol
30
35.00
40.00
75.00
55.6667
9.62516
92.644
Valid N (listwise)
30







a.      Data Pretest Kelas Kontrol
Data pretest merupakan data awal yang diambil untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pelajaran matematika sebelum diberi perlakuan, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan yaitu bidang datar segitiga.
Berdasarkan tabel di atas pretest pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata skor 26 dengan simpangan baku 8,74. Skor maksimum yang diperoleh adalah 45 dan minimum adalah 15. Data tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa termasuk kategori Kurang (dari interpretasi data).
b.      Data Posttest Kelas Kontrol
Posttest merupakan hasil dari tes uji penelitian yang terakhir setelah diberikan perlakuan, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal yang sesuai dengan pokok bahasan yaitu bidang datar segitiga.
Berdasarkan tabel di atas posttest pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata skor 55,7 dengan simpangan baku 9,62. Skor maksimum yang diperoleh adalah 75 dan minimum adalah 40. Data tersebut, menunjukan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori) termasuk kategori Cukup (dari interpretasi data).
Adapun rincian hasil Posttest kelompok kontrol adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10
Indikator Pertama
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya.
1
2
3
4
22
20
17
19
30
30
30
30
73,33%
66,67%
56,67%
63,33%
Rata-rata Persentase
260%
260% : 4 = 65%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya yaitu sebesar 65% dan sebagian kecil siswa yaitu 35% tidak dapat menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya tercapai.

Tabel 4.11
Indikator Kedua
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya.
5
6
7
8
9
17
12
15
21
14
30
30
30
30
30
56,67%
40%
50%
70%
46,67%

263,34%
263,34% : 5 = 52,67%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya yaitu sebesar 52,67% dan sebagian kecil siswa yaitu 47,33% tidak menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya tercapai.
Tabel 4.12
Indikator Ketiga
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat menghitung jumlah sudut segitiga.
10
11
12
16
20
17
30
30
30
53,33%
66,67%
56,67%

176,67%
176,67% : 3 = 58,89%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menghitung jumlah sudut segitiga yaitu sebesar 58,89% dan sebagian kecil siswa 41,11% tidak dapat menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menghitung jumlah sudut segitiga tercapai.
Tabel 4.13
Indikator Keempat
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Sisawa dapat menentukan keliling bidang datar segitiga tercapai.
13

14
17

11
30

30
56,67%

36,67%

93,34%
93,34% : 2 = 46,67%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa tidak dapat menentukan keliling bidang datar segitiga yaitu sebesar 53,33% dan sebagian kecil siswa 46,67% dapat menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menentukan keliling bidang datar segitiga belum tercapai dan harus ditingkatkan.
Tabel 4.14
Indikator Kelima
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat menentukan luas bidang datar segitiga.
15
16
17
14
21
15
30
30
30
46,67%
70%
50%
Rata-rata Persentase
166,67%
166,67% : 3 = 55,56%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat menentukan luas bidang datar segitiga yaitu sebesar 55,56% dan sebagian kecil siswa yaitu 44,44% tidak menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat menentukan luas bidang datar segitiga tercapai.
Tabel 4.15
Indikator Keenam
Indikator
No. Item
F Skor
n
%
Siswa dapat melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu.
18
19
20
13
18
15
30
30
30
43,33%
60%
50%

153,33%
153,33% : 3 = 51,11%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa dapat melukis segitiga, garis tinggi, garis berat dan garis sumbu yaitu sebesar 51,11% dan sebagian kecil 48,89% tidak menguasainya. Hal ini dapat dikatakan bahwa indikator siswa dapat melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu tercapai.



Gambar 2
Histogram Kelompok Kontrol
Berdasarkan histogram di atas, dapat dijelaskan bahwa dari semua indikator sebagian besar siswa kelompok kontrol dapat menguasainya. Tetapi pada indikator keempat belum tercapai dan harus ditingkatkan.
B.     Analisi Data
1.      Uji Persyaratan Analisis
Sebelum menganalisis data yang didapatkan terutama sebelum menguji hipotesis, sebagai langkah awal untuk menentukan rumus mana yang akan digunakan dalam menguji hipotesis tersebut. Maka penulis harus meneliti beberapa persyaratan yang dalam hal ini yaitu uji normalitas dan homogenitas sampel, baik kelompok siswa yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) maupun kelompok siswa yang menggunakan                      model pembelajaran konvensional yang diambil dari selisih nilai rata-rata kedua kelompok siswa tersebut.
a.      Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring dari masing-masing variabel merupakan suatu distribusi normal atau tidak. Pengujian kenormalan dari distribusi masing-masing kelompok dengan menggunakan SPSS 17.
Adapun hasil dari uji normalitas dengan menggunakan SPSS 17, bisa dilihat pada tabel berikut :
                         Tabel 4.16
Tests of Normality

gain
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk

Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
gabungan
gain eksperimen
.115
30
.200*
.960
30
.317
gain kontrol
.130
30
.200*
.971
30
.560
a.  Lilliefors Significance Correction

Tabel Tests of Normality, dengan interval kepercayaan 95%, maka nilai α = 5%. Uji normalitas baik dengan metode Kolmogorov- Smirnov maupun Shapiro-Wilk dapat dilakukan dengan melihat nilai Signifikan apabila nilai Sig > α maka distribusinya normal. Distribusi tidak normal jika sebaliknya.
Berdasarkan hasil tabel di atas, untuk pengujian normalitas, dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada hasil belajar siswa yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (kelompok eksperimen) diperoleh nilai signifikan 0,200 berada di atas 0,05 sedangkan untuk uji Shapiro-Wilk diperoleh 0,317 berada di atas 0,05. Uji Kolmogorov-Smirnov untuk hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol) diperoleh nilai signifikan 0,200 berada di atas 0,05 sedangkan untuk uji Shapiro-Wilk diperoleh 0,560 yang berada di atas 0,05. Maka hal ini berarti data nilai hasil belajar baik yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (kelompok eksperimen) dan model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol) pada uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro-Wilk semuanya berdistribusi normal.
b.      Uji homogenitas
Analisis berikutnya dilakukan dengan uji homogenitas untuk mengetahui populasi varians, mempunyai varians yang sama atau berbeda. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Lavene (Lavene Test).
                                  Tabel 4.17
Test of Homogeneity of Variance


Levene Statistic
df1
df2
Sig.
gabungan
Based on Mean
1.665
1
58
.202
Based on Median
1.494
1
58
.227
Based on Median and with adjusted df
1.494
1
56.101
.227
Based on trimmed mean
1.660
1
58
.203
Hipotesis :

Ho       : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan model konvensional.
Ha       : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan model konvensional.
Jika  > , maka Ho ditolak dan sebaliknya.
Pengujian dengan menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikan α = 5%. Signifikan 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian. Berdasarkan tabel uji t, diperoleh nilai  adalah 3,619. Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 60-2 = 58. Dengan pengujian 2 sisi (signifikan = 0,025) hasil diperoleh  sebesar 2,002.
Kriteria pengujian.
Ho diterima jika -
Ho ditolak jika - -  atau  >
Berdasarkan signifikan :
Ho diterima jika signifikan > 0,05
Ho ditolak jika signifikan < 0,05
Berdasarkan tabel uji t, diperoleh nilai  >  (3,619 > 2,002) dan signifikan (0,001 < 0,05) sehingga Ho ditolak. Artinya bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan model konvensional.

                                       Tabel 4.19
Descriptive Statistics

N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
gain eksperimen
30
63.33
20.00
83.33
54.1340
17.27056
298.272
gain kontrol
30
53.37
15.38
68.75
39.4937
13.88180
192.704
Valid N (listwise)
30







Berdasarkan hasil tabel di atas, untuk gain (perubahan nilai dari pretest ke posttest) eksperimen diperoleh rata-rata 54,13 dengan kategori sedang dan simpangan baku 17,27. Skor maksimum yang diperoleh gain eksperimen adalah 83,33 dan minimum adalah 20.
Sedangkan untuk gain (perubahan nilai dari pretest ke posttest) kontrol diperoleh rata-rata 39,49 dengan kategori sedang dan simpangan baku 13,88. Skor maksimum yang diperoleh gain kontrol adalah 68,75 dan minimum adalah 15,38.
Dari segi kategori gain eksperimen dan gain kontrol sama-sama berkategori sedang tetapi dari nilai berbeda, nilai gain eksperimen lebih besar dari pada gain kontrol.
C.    Pembahasan penelitian
Dengan selesainya pengujian hipotesis, kita bisa mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa antara kelompok siswa yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori).
Pembelajaran matematika menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) pada kelas eksperimen dimulai dengan guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda. Kemudian guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya siswa no.1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa no.2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa no.3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. Kemudian kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. Jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit), guru juga bisa mengadakan kerjasama antar kelompok. Siswa bisa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokan hasil kerja mereka. Setelah semuanya selesai guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Pembelajaran konvensional (ekspositori) pada kelas kontrol dimulai dengan memberikan pelajaran mengenai materi bidang datar segitiga. Guru memberi contoh penyelesaian masalah tentang materi bidang datar segitiga. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan persoalan yang belum dipahami dari materi yang diajarkan. Siswa diberikan latihan kemudian siswa bersama guru membahas latihan yang diberikan.
Pembelajaran matematika menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan menemukan pemahaman sendiri terhadap konsep matematika disertai dengan diskusi bersama teman dan saling berbagi pengetahuan terbukti lebih membangkitkan motivasi belajar matematika siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (ekspositori).
Dari analisis data selanjutnya dilakukan uji hipotesis kepada kedua kelompok tersebut untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Berdasarkan analisis uji hipotesis terlihat bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan model pembelajaran konvensional (ekspositori). Hal tersebut ditunjukan pada uji t dengan SPSS 17. Pada uji t diperoleh nilai  >  (3,619 > 2,002) dan signifikan (0,001 < 0,05) sehingga Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) dengan model konvensional. Hasil ini menunjukan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) lebih baik hasil belajarnya dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori).